Senin, Juli 30, 2012

Komunikasi Ikhwan dan Akhwat

Bismillah..

Bulan ramadhan bulan penuh Rahmat 
Saya ucap salam, harus dijawab penuh semangat
Assalamualaikum warahmatullah...
Petapa indah dan sejuknya jiwa ini, meski kita terpisah jarak, waktu ataupun masa. Namun tetap bisa saling mendoakan dalam kebaikan.

# by theway sahabat blogger mulai saat ini saya menyebut anda di blog ini dengan istilah ikhwah fillah yaa.. karena beberapa saat yang lalu saya mendapat ilmu yang baru tentang ikatan paling kuat bukanlah ikatan karena pertalian darah, seperti antara dua orang saudara kandung se-ayah dan juga se-ibu. Karena ikatan paling kuat di dunia ini adalah ikatan persaudaraan karena iman kepada Allah. So... ikhwah fillah (saudara di jalan Allah) ehm.. ehm.. jika ingin tau lebih lanjut silahkan baca Sirah Nabawiyah dan Sirah Shahabiyah karena terdapat kisah dan juga hadist yang menyebutkan persaudaraan karena iman. 
Oke, kembali kepembahasan kita sekarang tentang "Kominukasi Ikhwan dan Akhwat", punteee..n pisan tadi intro nya sedikit melenceng dari judul pembahasan. ^^v




Terkait judul pembahasan kita yang katanya ini adalah masalah klasik yang hampir tidak pernah usai sampai saat ini. Bagaimana ikhwan dan akhwat dapat berkomunikasi baik dengan tetap menjaga hijab. Membuat saya bertanya-tanya, jadi interaksi seperti apa yang harus diterapkan oleh seorang ikhwan dan akhwat saat berkominikasi?  Alhamdulillah  seiring berjalannya waktu saya mendapatkan penjelasan terkait komunikasi antara ikhwan dan juga akhwat.
 Ikhwah fillah di dalam Islam liqa' (pertemuan) dan komunikasi antara ikhwan dan juga akhwat adalah jaiz (boleh). Bahkan hal ini diharuskan apabila bertujuan untuk kebaikan, seperti dalam urusan ilmu yang bermanfaat, amal shaleh, kebajikan dan perjuangan di jalan Allah yang memerlukan banyak tenaga baik dari ikhwan maupun akhwat. Namun tidak berarti batasan-batasan yang harus diperhatikan dan dijaga menjadi melebur. Di dalam Al Quran Allah berfirman yang Artinya:

“Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman, ‘Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat.’ Katakanlah kepada wanita yang beriman, ‘Hendaklah mereka menahan pandangannya dan memelihara kemaluannya …”(an-Nur: 30-31)





Contoh dikutip dari buku kang Ridwansyah (Ketua GAMAIS ITB 2008-2009)

Proses komunikasi yang efisien. Komunikasi yang dilakukan antara ikhwan dan akhwat perlu diefisienkan sedemikan rupa, agar tidak terjadi fitnah yang mungkin bisa terbentuk. Saya akan mengambil contoh sms seorang ikhwan ke akhwat, dalam dua versi dengan topik yang sama, yakni mencocokan waktu untuk rapat.


Versi 1

Ikhwan : assalamu’alaikum ukhti, bagaimana kabarnya ? hasil UAS sudah ada ?
Akhwat : wa’alaikum salam akhie, alhamdulillah baik, berkat do’a akhie juga, hehehe, UAS belum nih, uhh, deg deg an nunggu nilainya, tetep mohon doanya yah !!
Ikhwan : iya insya Allah didoakan, oh ya ukhti, kira kira kapan yah bisa rapat untuk bahas tentang acara ?
Akhwat : hmhmhm… kapan yah ? akhie bisanya kapan, kalo aku mungkin besok siang dan sore bisa
Ikhwan : okay, besok sore aja dech, ba’da ashar di koridor timur masjid, jarkomin akhwat yang lain yah
Akhwat : siap komandan, semoga Allah selalu melindungi antum
Ikhwan : sip sip, makasih yah ukhti, GANBATTE !! wassalamu’alaikum
Akhwat : wa’alaikum salam


Versi 2

Ikhwan : assalamualaikum, ukh, besok sore bisa rapat acara ditempat biasa ? untuk bahas acara
Akhwat : afwan, kebetulan ada kuis, gimana kalo besok siang aja?
Ikhwan : insya Allah boleh, kita rapat besok siang di koridor timur masjid, tolong jarkom akhwat, syukron, wassalamu’alaikum

Dari dua contoh pesan singkat ini kita bisa melihat bagaimana pola komunikasi yang efektif dan tetap menjaga batasan syar’i. Pada versi 1 kita bisa melihat sebuah percapakan singkat via sms antara ikhwan dan akhwat yang bisa dikatakan sedikit “lebai” ( baca “ berlebihan ), sedangkan pada versi 2 adalah percakapan antara ikhwan dan akhwat yang to the point, tanpa basa basi. Sebenarnya bagaimana kita membuat batasan tergantung bagaimana kita membiasakannya di lembaga dakwah kita saja. Perlu adanya leader will untuk membangun budaya komunikasi yang efisien dan “secukupnya”.Dalam hal percakapan langsung, seorang ikhwan dan akhwat sangat diharapkan untuk menjauhi percapakan berdua saja, walau itu di tempat umum. Saya menyarankan agar salah satu ikhwan atau akhwat meminta muhrimnya (sesama jenis kelamin) untuk menemaninya. Dengan itu diharapkan pembicaraan menjadi terjaga dan meminimalkan kesempatan untuk khilaf. Dengan melakukan pembicaraan yang secukupnya ini sebetulnya dapat lebih membuat pekerjaan menjadi lebih cepat dan efektif. Karena setiap pembicaraan yang dilakukan tidak ada yang sia-sia, semua membahas tentang agenda dakwah yang dilakukan. Selain itu, perlu kiranya kita mengurangi waktu ikhwan dengan akhwat untuk bekerja bersama pada waktu dan tempat yang sama. Sebutlah untuk pekerjaan mengepak sembako untuk baksos, saya merekomendasikan agar kegiatan dilakukan terpisah. Jangan ikhwan dan akhwat sama sama melakukan sebuah aktifitas, contohnya lagi ikhwan dan akhwat bersama sama menimbang gula, ikhwan memasuki gula ke plastik dan akhwat menimbang dan mengikat plastik.
Saya merekomendasikan agar hal seperti ini tidak terjadi, karena proses ini memungkinkan adanya kesempatan untuk khilaf. Kita tidak akan pernah mengetahui isi dari pikiran dan hati seseorang. Oleh karena itu diperlukan regulasi yang tepat untuk menjaga kader dari hal hal yang bisa merusak keberkahan dakwah. Untuk kasus kerja bersama baksos, bisa saja menjadi ikhwan mengerjakan di bagian pengepakkan beras dan gula, akhwat mengerjakan pengepakkan susu dan minyak.

semoga goresan pemikiran dan juga kutipan saya diatas bisa menjadi inspirasi bagi ikhwah fillah


Wassalam

to be continued