Rabu, Februari 13, 2013

Kekuatan kata seorang Ayah, dapat menenangkan hati anaknya yang resah

  Seorang anak perempuan terlihat di kamarnya sedang mengambil satu stelan pakaian yang akan dia pakai esok harinya ke kampus. Tiba-tiba, dia mendengar suara tutut..tutut.. dari kantong tas kuliahnya, si anak langsung bergegas mencari pusat suara dari dalam tasnya itu. Dan ternyata itu adalah suara tanda panggilan dari hp, saat si anak melihat ke layar hpnya (tertulis di layar “A mine Umma memanggil..”) kemudian terdengar bunyi “bip”..(tombol di tekan).
Anak : hallo.. Assalamualaikum?
Ibu : waalaikumussalam, gimana kabarnya nak?
Anak : Alhamdulillah sehat bu, kalau ibu gimana? Sehat?
Ibu : Alhamdulillah sehat kok nak, lagi dimana sekarang? udah makan?
Anak : di kosan bu, barusan selesai makan.
Ibu : Makan pake apa?
Anak : pake roti,hehe (sambil pasang senyuman paling lebar), ibu udah makan?
Ibu : sudah. Loh.. kok makan pake roti? Kayak bule aja, kita orang indonesia makan pake nasi
         lah nak..
Anak : iya ibu, besok pagi rencananya baru makan pake nasi, sekarang udah kenyang bu
             (masih tetap dengan senyuman lebarnya)
             ~ Kata pengantar sudah selesai, masuk pada inti pembicaraan ibu menelpon.
Ibu : gimana skripsinya nak? Udah bimbingan lagi sama pembimbing?
             ~ Senyuman si anak langsung lenyap, berganti dengan raut muka sedih dan acak-acakan.
Anak : ... (sunyi), belum bu.. (dengan berat hati)
Ibu : kenapa?
Anak : bab satunya masih belum selesai..(dengan suara pelan dan air mata yang mulai meleleh)
             ~ dengan tangis si anak menjelaskan bahwa skripsinya belum selesai dan stak dijalan, ia menghadapi jalan buntu, semangat dan motivasi diri untuk mengerjakan skripsi mulai mengendur. Dengan lembut si ibu bertanya kenapa anaknya tidak bersemangat, dengan tangis yang ditahan si anak menjawab bahwa ia mulai tidak fokus karena takut dan juga cemas setelah lulus nanti dimana dia akan bekerja, dia tak ingin jadi pengangguran.
             Si ibu tak tega mendengar suara anaknya yang menangis kemudian menyerahkan hp kepada sang ayah.
Ayah : nak, jangan menangis dulu, dengarkan ayah.. kamu fokus aja selesaikan kuliah, jangan pikirin mau bekerja dimana dulu.. yang penting kamu lulus dan dapatkan ijazah s1 mu, nanti kalau kamu sudah lulus, mau melanjutkan kuliah lagi ayah dukung selama Allah masih ngasih rezeki ke kita, lagi pula lapangan pekerjaan untuk PNS sekarang kuotanya juga sudah meningkat, jadi.. kamu gak usah mencemaskan apa yang belum terjadi, hari esok cuma Allah yang tahu nak...
Anak : iya, Ayah (menahan tangis)
Ayah : ingat gak, waktu kamu SD dulu?.. (dengan suara khas ayah yang bersemangat)
Anak : ... (diam, sambil mencoba mengembalikan ingatan masa lalunya)
Ayah : dulu.. waktu SD kamu rajin belajar untuk mengejar target masuk ke SMP yang kamu idamkan, Alhamdulillah kamu dapatkan nak. Setelah itu, kamu semakin rajin belajar untuk bisa masuk ke SMA favorit, dan Allah kabulkan. Sekarang kamu kuliah karena sewaktu SMA kamu punya target lulus SNMPTN dan langsung kuliah. Allah sudah memberikan kamu kemudahan, dan sekarang target kamu adalah menyelesaikan s1 secepatnya. Nak bersemangat ya.. (dengan suara yang bersemangat).
Anak : iya, yah... (mulai tersenyum)
Ayah :... (diam sesaat, kemudian melanjutkan ), nak.. ayah setiap selesai shalat selalu mendoakanmu. Ayah selalu mendoakan semoga Allah memberikan yang terbaik untukmu nak.
Anak : aamiin ya Allah, terima kasih ayah (tersenyum dengan penuh semangat)
Ayah : eh,.. kayaknya paket telfon ayah udah mau habis, sekarang istirahat ya, besok mulai lagi kerjakan skripsimu.., Assalamualaikum..
Anak : Siap Ayah!, waalaikumussalam.. (pasang senyuman paling lebar lagi)










Minggu, Februari 10, 2013

lost way return home is not always crepee!


Tersesat dari jalan menuju rumah tidak selamanya mengerikan karena ada banyak pelajaran yang bisa diambil dari tersesat. Dan saya sering sekali mengalaminya. Sabtu tanggal 9 februari kemaren adalah keempat kalinya saya tersesat dan tidak tau jalan pulang. But, I’m fine so far because I have Allah that always guard me. Tapi saya berdoa agar tidak tersesat lagi karena kedua orangtua sangat mengkhawatirkan kecerobohan saya ini.
Pengalaman pertama saya tersesat adalah saat tinggal dengan kakak di kota padang untuk belajar di sebuah tempat Bimbingan Belajar SNMPTN. Biasanya saya pulang dari tempat bimbingan belajar dengan teman-teman. Namun, pada hari itu mereka pergi ke salon, waah saat itu saya benar-benar tidak suka datang ke salon karena cuek dengan penampilan, jadilah saya pulang sendirian. Sebenarnya saat itu saya sangat takut karena tidak pernah bepergian sendiri dikota padang, lagi pula saat itu saya baru berusia 18 tahun. Saya tersesat karena salah naik bus kota yang seharusnya menuju ke kampus UNP (Universitas Padang). Tapi, malah naik yang ke arah kampus Unand (Universitas Andalas). Ketika sudah jauh tersesat saya baru menyadarinya, tanpa pikir panjang saya langsung menelfon kakak tapi hpnya tidak aktif. panik, saya hanya menangis sampai ke tempat pemberhentian bus. Saat itu saya benar-benar ketakutan, dan saya beranikan diri bertanya pada mba’-mba’ yang saat itu saya fikir adalah mahasiswa Unand bagaimana rute jalan menuju tempat tinggal kakak yang berada di dekat wilayah kampus UNP. Untungnya saya bertanya pada orang yang tepat, beliau langsung menunjukkan angkot dan rute yang harus ditempuh untuk sampai pulang ke tempat kakak. Sesampainya di kediaman kakak, saya menagis semalaman karena takut dan ngambek pada kakak yang tidak mengangkat telfon.
Pengalaman tersesat kedua kalinya adalah saat pertama kalinya pulang ke Bukittinggi untuk liburan idul fitri setelah kuliah selama dua bulan di Jatinangor. cerita lama kembali terulang, saya salah naik bus lagi. Seharusnya saya naik bus primajasa yang ke arah lebak bulus Jakarta via tol. Tapi, malah naik bus yang menuju kampung rambutan Jakarta via cianjur dan puncak. Perjalanan dari Jatinangor menuju Jakarta yang seharusnya ditempuh 3 jam menjadi 8 jam. Kali ini saya tidak begitu panik karena bersama seorang teman kuliah yang juga mau pulang ke Bukittinggi. Dan beruntungnya saat sampai di kampung rambutan saya langsung dijemput oleh paman, karena saat diperjalan saya ditelfon ayah dan ibu yang selalu memantau keadaan saya setiap harinya. Waktu saya bilang bahwa saya salah naik bus ibu menangis panik karena anak perempuannya tersesat dan langsung menelfon paman untuk menjemput saya. Saya merasa sangat bersalah pada ayah dan ibu karena sudah membuat keduanya khawatir.
Pengalaman tersesat ketiga kalinya terjadi setahun yang lalu, saat KKN (Kuliah Kerja Nyata) di desa Sukamerang kabupaten Garut. Waktu itu saya pulang ke Jatinangor untuk mengambil beberapa pakaian sekaligus membeli tiket pesawat ke Padang karena saya berniat pulang ke Bukittinggi setelah KKN selesai, pada hari itu juga saya balik ke tempat KKN. Tapi, saya mengulangi kesalahan yang sama, naik bus tanpa bertanya apakah bus tersebut melewati desa Sukamerang atau tidak. Karena menurut hemat pikir saya, bus yang menuju kota Garut tentu saja melewati desa Sukamerang. Saya baru sadar kalau tersesat setelah sampai di Tarogong, kemudian saya langsung minta di turunkan bapak supir bus di Masjid terdekat yang ada karena waktu magrib sudah masuk. lalu saya turun di depan Masjid alun-alun Tarogong Garut, kemudian shalat magrib di sana dan untuk pertama kalinya dalam hidup, saya merasakan ketenangan ketika tersesat di perjalanan. Saat itu saya berpikir hari sudah malam dan saya berada di masjid..di rumah Allah..tempat yang aman dan saya berdoa kapada Sangpemilik jiwa  untuk tetap menggenggamnya, dan menganugerahkan saya ketenangan. Saat itu saya mengambil keputusan, bahwa saya tidak akan bilang pada ayah dan ibu kalau saya sedang tersesat dan membuat keduanya khawatir. Namun feeling seorang ibu memang sangat kuat, tepat setelah selesai shalat magrib hp saya berdering dan ternyata yang menelfon adalah ibu yang menanyakan bagaimana keadaan saya. Padahal hari itu ibu sudah menelfon paginya. Ibu memang biasa menelfon saya setiap hari, tapi jarang sekali ibu menelfon sampai duakali. Saat itu saya bilang pada ibu bahwa saya baik-baik saja dan baru saja selesai shalat magrib. Pada hari itu saya benar-benar menyadari bahwa saya hanya punya Allah tempat bergantung, pasrah padaNya. Saya tidak tau jalan pulang ke tempat KKN, saya juga tidak punya saudara di kota Bandung ataupun Garut untuk dimintai bantuan. Saya memutuskan untuk menginap saja di Masjid, karena saya perhatikan Masjid begitu ramai ada banyak ibu-ibu yang datang untuk shalat dan ada bapak-bapak yang sepertinya sedang liqo di bagian ikhwan. Atau Allah mungkin akan mendatangkan pertolonganNya melalui ibu-ibu yang datang untuk shalat, kali aja ada ibu-ibu yang mau menampung saya karena just look I’m a nice girl. hehe. Pada saat saya tengah sibuk dengan pikiran-pikiran dimana akan beristirahat malam itu, terdengar bunyi hp tutut..tutut.. pertanda ada sms yang masuk. Ternyata sms dari zara teman KKN sekaligus teman sekelas di jurusan yang khawatir dan bertanya sekarang saya sudah sampai dimana, dan kenapa belum sampai juga di tempat KKN. Ternyata pertolongan Allah datang dari arah dan tempat yang tidak pernah disangka, saat itu juga zara langsung meminta cowok-cowok yang satu KKN untuk menjemput saya di Masjid Tarogong. Tanpa banyak bicara mereka langsung datang menjemput malam itu padahal jarak dari Sukamerang ke Tarogong membutuhkan waktu 1 jam perjalanan. Kejadian ini merupakan pelajaran yang paling berkesan dalam hidup saya, meskipun tinggal jauh dari orang tua dan keluarga. Saya tidak pernah sendirian, karena Allah memberikan saya saudara yang peduli dan menyayangi dimanapun saya berada. "Terima kasih kepada Zara yang sudah meminta batuan kepada teman-teman yang lain untuk menjemput yuni, Teh caesar yang marah-marah menasehati yuni karena ceroboh. Kepada Resty, willy, deni, kumis (lupa nama aslinya) dan gusman yang rela menembus dinginnya malam pake motor datang menjemput yuni. InsyaAllah kenangan dengan kalian semua tidak akan pernah yuni lupakan seumur hidup. Terima kasih kawan semoga Allah membalas kebaikan kalian dengan sebaik-baik balasan" ^_^